Delegasi dari Baku dan Yerevan akan memulai dialog damai di Brussels, Belgia. Pertemuan ini diharapkan menjadi kesempatan bagi kedua belah pihak untuk mencari solusi damai atas konflik Nagorno-Karabakh yang telah berlangsung selama beberapa minggu. Delegasi ini akan bertemu di bawah mediasi Uni Eropa.
Namun, situasi di Nagorno-Karabakh masih belum menemukan penyelesaian yang memuaskan. Sejak Azerbaijan menyerang dan menduduki enklave yang dihuni oleh etnis Armenia, tegangan di daerah tersebut tidak kunjung reda. Lebih dari 13.500 warga Stepanakert telah mengungsi ke Armenia untuk menyelamatkan diri dari konflik yang berkecamuk.
Bukan hanya itu, warga yang mengungsi juga melaporkan melihat banyak jenazah warga sipil di sepanjang jalan. Keadaan semakin memburuk ketika depot bahan bakar di Stepanakert meledak, menewaskan setidaknya 20 orang dan melukai 290 orang. Situasi ini semakin memperburuk keadaan bagi warga yang sudah mengungsi.
Tuntutan pemakzulan terhadap Perdana Menteri Pashinyan juga meningkat di Yerevan. Banyak yang menyalahkan Pashinyan karena dianggap gagal melindungi warga etnis Armenia di Nagorno-Karabakh. Pashinyan sendiri mengkritik aliansi keamanan CSTO dan menyalahkan negara Barat atas krisis yang terjadi di Nagorno-Karabakh. Hal ini semakin memperumit situasi di kawasan tersebut.
Krisis di Nagorno-Karabakh juga mempengaruhi hubungan antara Rusia dan Amerika Serikat. Kedua negara saling tuduh mendestabilisasi kawasan tersebut. Rusia bahkan mengimbau Amerika Serikat untuk tidak mengacaukan kepentingannya di Armenia.
Dengan kondisi yang semakin kompleks di Nagorno-Karabakh, diharapkan dialog damai di Brussels mampu memberikan solusi yang dapat meredakan konflik dan mengakhiri penderitaan warga sipil yang terlibat dalam konflik ini. Tantangan yang dihadapi kedua negara sangat besar, namun dengan upaya yang serius, kesepakatan dapat tercapai untuk mencapai perdamaian di Nagorno-Karabakh.
“Fanatik web yang bangga. Mediaholic sosial. Praktisi makanan. Teman binatang di mana-mana.”
