Dries van Agt, mantan Perdana Menteri Belanda, dikabarkan meninggal dunia melalui proses euthanasia. Keputusan ini diambil oleh Van Agt dan istri tercintanya, yang juga memilih untuk mengakhiri hidupnya secara legal. Keduanya adalah pasangan lanjut usia yang berusia 93 tahun, dan mereka meninggal dunia pada Senin lalu di Nijmegen, kampung halaman mereka.
Pengumuman ini dibuat oleh organisasi hak asasi manusia The Rights Forum, yang didirikan oleh Van Agt sendiri. Melalui pengumuman ini, Van Agt ingin menyoroti pentingnya pemilihan untuk mengakhiri hidup dengan cara yang diinginkan dan dalam keadaan yang terkontrol.
Van Agt adalah mantan Perdana Menteri yang terkenal di Belanda. Setelah meninggalkan dunia politik, ia menjadi aktivis hak asasi manusia yang vokal. Melalui The Rights Forum, Van Agt memperjuangkan masalah-masalah seperti konflik Israel-Palestina dan pengakuan terhadap Negara Palestina.
Berita ini dikutip dari The New York Post, yang menyoroti peristiwa tersebut pada Jumat, 16 Februari 2024. Kabar ini menarik perhatian publik di Belanda dan menyulut perdebatan mengenai legalitas euthanasia serta hak seseorang untuk mengatur akhir hidupnya sendiri.
Euthanasia adalah topik yang kontroversial dan sering menjadi perdebatan di banyak negara. Beberapa menganggapnya sebagai bentuk pembunuhan atau pelanggaran terhadap hak hidup, sementara yang lain menganggapnya sebagai pilihan yang layak bagi individu yang menderita dan menginginkan kontrol atas akhir hidup mereka.
Keputusan Van Agt dan istrinya untuk memilih euthanasia menjadi perhatian utama di Belanda, negara yang memiliki undang-undang yang mengatur praktik tersebut. Meski kontroversial, euthanasia di Belanda diatur dengan ketat dan harus mematuhi kriteria-kriteria yang ketat pula.
Peristiwa ini membuka kembali perdebatan mengenai peran hukum dalam mengatur akhir hidup serta pentingnya menghormati kehendak individu dalam menjalani hidup dan mengakhirimya. Bagi Van Agt, euthanasia adalah pilihan yang dibuat dengan kesadaran penuh dan merupakan bagian integral dari hak asasi manusia.
Sebagai sumber inspirasi dan panutan di Belanda, Van Agt meninggalkan warisan perjuangan hak asasi manusia yang tak terlupakan. Kematiannya melalui euthanasia menunjukkan keberanian dan kepastian akan pilihan hidup yang diinginkan. Semoga, peristiwa ini memicu diskusi lebih lanjut tentang euthanasia dan hak individu dalam mengatur akhir hidupnya.