Jakarta –
Sudah lama sekali Samsung memberdayakan ponsel premium andalannya yang diluncurkan di Indonesia dengan chipset Exynos. Mereka selalu ditanya mengapa mereka tidak membawa varian Mulut naga seperti di Amerika Serikat dan China saat ponsel baru diluncurkan di negara tersebut.
Pertanyaannya semakin sering muncul kali ini karena ini Galaxy Note 20 seri dirilis bersama Galaxy Tab S7 Serie. Kedua jenis perangkat tersebut memiliki karakteristik yang serupa, hanya berbeda pada ukuran layar dan chipset yang menggerakkannya.
Seri Galaxy Note 20 ditenagai oleh Exynos 990, sedangkan seri Galaxy Tab S7 ditenagai oleh chipset terkuat dari Qualcomm, yang merupakan idaman para pencinta perangkat. “Mengapa seri Galaxy Note 20 tidak bekerja dengan Snapdragon 865+?” Timbul pertanyaan.
Samsung tidak pernah benar-benar mengungkapkan alasannya. Namun tidak mengherankan, bisnis adalah latar belakangnya. Selain itu, sebenarnya kemampuan Exynos 990 tidak serta merta dianggap remeh.
Peningkatan performa yang diberikan chipset ini mencapai 20% dibandingkan pendahulunya. Anda yang sebelumnya pernah menggunakan seri Galaxy Note 10 pasti akan merasakan peningkatan tersebut.
Tapi bukan hanya faktor Exynos 990 yang membuat seri Galaxy Note 20 berkinerja cepat untuk berbagai tugas. RAM dan memori internal berperan.
Galaxy Note 20 Ultra Foto: Adi Fida Rahman / detikINET
|
“Seberapa kuat smartphone dengan chipset dasar, dua RAM harus cepat, penyimpanan ketiga, lalu ketiga. Banyak di pasar saat ini memiliki prosesor yang bagus, RAM dan penyimpanannya bisa. Ini yang tidak. Anda bisa membandingkannya, “jelas Taufiq Furqan, Product Marketing. Manajer Samsung Indonesia.
“Jadi tidak semua ponsel dengan Snapdragon 865 cepat, dan tidak semua ponsel yang menggunakan Exynos lambat. Jadi terkadang smartphone dengan prosesor yang sama harganya mahal dan ada pula yang jauh lebih murah, karena ada perbedaan jenis RAM dan penyimpanannya, ”lanjutnya.
Taufiq mengaku sudah menjajal RAM LPDDR5 di Galaxy Note 20 Ultra dengan LPDDR4x di Galaxy Note 10+. Meski berukuran 8GB, kinerjanya 150 kali lebih cepat dari 12GB. Daya penggunaan RAM diamati lebih rendah.
Penyimpanan Galaxy Note 20 Ultra juga dianggap superior. Berkat penggunaan UFS 3.1, kinerjanya 130% lebih cepat dari Galaxy Note 10+.
Dari dua hal tersebut, dari segi performa Galaxy Note 20 Ultra sudah bagus. Karena untuk mendukung ponsel yang bertenaga, storage dan RAM harus cepat, kata Taufiq.
Terkait fenomena skor benchmark, pria berkacamata ini menilai setiap orang bisa mendapatkan hasil yang berbeda-beda. Tapi dari sisi konsumen, pengalamannya akan sama.
“(Meski hasil benchmark berbeda) bukan berarti DeX nirkabel di Exynos lebih lambat dibanding yang menggunakan Snapdragon,” pungkas Taufiq.
(afr / afr)
“Organizer. Devoted music enthusiast. Pop culture pioneer. Coffee practitioner.”