SAMOSIR News – Hujan meteor Geminid, fenomena alam yang terjadi di konstelasi Gemini selama musim dingin, akan mencapai puncaknya pada pertengahan bulan Desember. Namun, yang menarik adalah bahwa materi yang membentuk hujan meteor Geminid bukan berasal dari komet, melainkan dari asteroid yang dikenal sebagai 3200 Phaethon.
Asteroid 3200 Phaethon diyakini terbentuk akibat tabrakan dengan objek lain di masa lalu. Akibatnya, aliran partikel dari asteroid ini bertabrakan dengan Bumi dan membentuk hujan meteor Geminid. Meskipun masih menjadi perdebatan di kalangan astronom, ada yang menyebut 3200 Phaethon sebagai komet mati, sementara yang lain menyebutnya sebagai batu komet.
Saat 3200 Phaethon melewati dekat Matahari, tidak terbentuk ekor komet seperti yang biasa terjadi, melainkan terlihat seperti asteroid berbatu. Hal ini menyebabkan pecahan meteoroid Geminid yang dihasilkan oleh 3200 Phaethon lebih padat dibandingkan debu komet.
Menariknya, hujan meteor Geminid telah ada selama hampir dua abad sejak pengamatan pertama dilakukan. Namun, awalnya hanya terlihat 10-20 meteor setiap jamnya. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Geminid telah menjadi salah satu hujan meteor terbesar, dengan sekitar 120 meteor yang terlihat setiap jamnya saat puncaknya.
Meteor Geminid memiliki beberapa karakteristik menarik. Mereka memiliki warna yang terang, cepat, dan cenderung berwarna kuning. Hal ini membuatnya menjadi pemandangan yang mengesankan bagi para pengamat langit.
Bagi para pecinta astronomi, momen puncak hujan meteor Geminid di pertengahan Desember merupakan kesempatan langka yang tidak boleh dilewatkan. Selain itu, ini juga menjadi kesempatan untuk mempelajari lebih lanjut tentang asteroid 3200 Phaethon dan asal-usul hujan meteor yang fenomenal ini.
Jangan lupa untuk mengamati langit saat puncak hujan meteor Geminid dan nikmati keindahan alam yang spektakuler ini. Semoga cuaca mendukung dan hujan meteor Geminid ini dapat memberikan pengalaman yang tak terlupakan bagi kita semua.