JAKARTA– Waspadai penyakit kusta. Ini bukan ketakutan. Namun menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), prevalensi kusta masih tinggi di Indonesia. Penyebabnya adalah minimnya edukasi masyarakat tentang penyakit tersebut sehingga terlambat untuk mengobatinya dan menularkannya ke orang lain. Meski angka kematian akibat kusta tergolong rendah, namun pasien mengalami kecacatan permanen yang dapat mengganggu produktivitas masyarakat.
Jika Anda memiliki bercak putih atau merah dan mati rasa di tubuh Anda, atau jika Anda memiliki benjolan di lengan, wajah, tubuh, dan telinga, ada baiknya segera menemui dokter kulit. Penyakit ini juga sering disertai mati rasa di area telapak tangan dan / atau telapak kaki yang mengalami kerusakan saraf. Jika tidak ditangani, pasien dapat mengalami kelumpuhan pada tangan dan kaki, menjadi kering dan tidak berkeringat. Sayangnya, masih banyak penderita kusta yang belum mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit ini. Akibatnya kusta menyebar ke orang lain.
“Masih ada orang sakit di tengah masyarakat dan belum ditangani dengan baik, sehingga penularan terjadi di masyarakat,” kata Direktur Jenderal Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto dalam jumpa pers. online di Jakarta, Selasa (1/9).
Yuri yang sebelumnya menjabat sebagai juru bicara Satgas Covid-19 Nasional mengungkapkan, penularan secara welas asih terjadi, karena penderita kusta belum ditemukan atau diobati. Pemahaman masyarakat tentang kusta masih kurang. Bahkan, masih ada yang menganggapnya sebagai penyakit terkutuk. Padahal, penyakit ini bisa disembuhkan.
Jenis penyakit kusta
Dirjen P2P Kementerian Kesehatan menyatakan pihaknya telah berupaya memberikan pemahaman kepada masyarakat khususnya kepada daerah secara informal agar bisa lebih saling memahami. Namun, kata Yurianto, proses pendidikan masyarakat memakan waktu lama.
“Intervensi terhadap penyakit kusta adalah menemukannya dengan cepat dan mengobatinya dengan benar. Ini penting untuk memutus mata rantai penularan dan sesegera mungkin mencegah penderita agar tidak terjerumus ke kondisi yang lebih serius,” ujarnya.
Lalu apa yang dimaksud dengan kusta? Kusta adalah infeksi pada saraf dan kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Penularannya melalui pernafasan, udara dan kontak langsung dengan penderita yang belum pernah dirawat. Masa inkubasinya cukup lama, rata-rata 3-5 tahun. Mereka yang terdampak sebagian besar adalah warga negara tropis.
Ada beberapa jenis penyakit kusta. Kusta tuberkuloid merupakan jenis yang tergolong ringan dan tidak mudah menular. Penderita memiliki kekebalan yang cukup untuk menahan serangan bakteri kusta. Ada juga kusta lepromatosa. Penyakit kusta ini memperburuk kekebalan seseorang dan bahkan menyerang kulit, saraf, dan organ lainnya. Penyakit kusta mudah menular, loh.
Lainnya adalah kusta perbatasan. Ini adalah jenis kombinasi antara tuberkuloid dan kusta lepromatosa.
Sebagian besar kasus kusta dapat didiagnosis berdasarkan temuan klinis berupa bercak pucat atau merah pada kulit, mati rasa, dan penebalan saraf. Sekilas, kusta terlihat seperti panu tapi tidak gatal.
Sayangnya, banyak pasien yang tidak menyadari bahwa bercak putih seperti panu segera diobati. Sebaliknya, pengobatan penyakit ini membutuhkan waktu yang relatif lama. Ada beberapa akibat jika kusta terlambat ditangani. Diantaranya adalah hilangnya alis, cacat pada jari-jari kaki, tangan dan hidung. (Rikando Somba)
“Organizer. Devoted music enthusiast. Pop culture pioneer. Coffee practitioner.”