Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, meminta Partai Komunis untuk mempercepat persiapan perang, termasuk pembangunan senjata nuklir. Permintaan ini diungkapkan oleh Kim Jong Un dalam pertemuan akhir tahun Partai Buruh Korea Utara di ibu kota Pyongyang. Menurutnya, situasi militer di Semenanjung Korea semakin ekstrem karena konfrontasi anti-Korea Utara yang belum pernah terjadi sebelumnya dari Amerika Serikat.
Tegangan antara Korea Utara, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang terus meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Untuk menghadapinya, Seoul, Tokyo, dan Washington meningkatkan kerja sama pertahanan dan melakukan latihan militer. Aksi ini adalah respons terhadap uji coba rudal Korea Utara yang semakin sering dilakukan. Namun, Korea Utara menyikapi latihan militer ini sebagai persiapan serangan terhadap negaranya.
Pyongyang menganggap partisipasi aset strategis Amerika Serikat, seperti pesawat pengebom B-52, dalam latihan militer sebagai langkah provokatif yang disengaja untuk memulai perang nuklir.
Selama tahun ini, Korea Utara telah berhasil meluncurkan satelit pengintai dan melakukan uji coba rudal balistik antarbenua tercanggih. Hal ini menunjukkan peningkatan kemampuan militer negara tersebut.
Permintaan Kim Jong Un untuk mempercepat persiapan perang dan pembangunan senjata nuklir telah mencuri perhatian internasional. Para pemimpin negara lain dan komunitas internasional terus memantau perkembangan di Semenanjung Korea, mengkhawatirkan eskalasi konflik yang dapat menyebabkan situasi yang tidak aman di kawasan tersebut.
Dalam wawancara terpisah, pihak Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya menegaskan bahwa mereka akan terus memonitor dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga keamanan dan stabilitas di kawasan tersebut. Mereka juga mengajak Korea Utara untuk mengambil jalan diplomasi dan menyelesaikan konflik melalui dialog.