Merdeka.com – Dinkes Jawa Tengah menemukan gejala baru happy hypoxia di beberapa daerah seperti Semarang, Solo dan Banyumas. Sedangkan kasus hipoksia bisa menyebabkan penderita mengalami kematian mendadak.
“Kasus gejala hipoksia sudah ada sejak lama saat Covid-19 merebak. Hanya saja, saat itu kasus kematian di Banyumas menjadi perhatian kami,” kata Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah Yulianto. Prabowo, Jumat (4/9).
Terungkap bahwa pasien Covid-19 yang mengalami hipoksia tidak menunjukkan gejala. Namun, kadar oksigennya tiba-tiba turun, menyebabkan dia mengalami sesak napas. Kasus ini terjadi di Banyumas, dimana 3 penderita Covid-19 telah meninggal dunia.
“Orang yang mengalami hipoksia tidak memiliki gejala yang jelas. Namun paru-parunya benar-benar rusak. Makanya sering disebut silent hypoxia,” terangnya.
Berdasarkan penelitian Dinas Kesehatan Jawa Tengah, kasus hipoksia juga ditemukan di rumah sakit yang angka kematian pasiennya cukup tinggi. Namun, saat ini ia belum bisa secara spesifik menjelaskan kasus happy hypoxia di Jawa Tengah.
“Kami baru mengumpulkan data dari rumah sakit rujukan yang menangani kasus ini. Rumah sakit yang mengumpulkannya baru tiga. Kemudian setelah kami mengumpulkan semuanya, akan kami umumkan,” ujarnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta seluruh RS rujukan COVID-19 di wilayahnya mengidentifikasi gejala hipoksia pada pasien yang dirawat. Ini karena pasien yang mengalami gejala hipoksia dapat mengakibatkan hilangnya kesadaran hingga meninggal pada pasien Covid-19.
“Kami meminta seluruh rumah sakit untuk memeriksa jumlah pasien yang mengalami gejala hipoksia di tingkat Jateng,” kata Ganjar Pranowo. [ded]
“Organizer. Devoted music enthusiast. Pop culture pioneer. Coffee practitioner.”