Para peneliti di Forschungszentrum Jülich telah berhasil memprogram kecerdasan buatan (AI) yang telah mendapatkan penghargaan Nobel. Kecerdasan buatan tersebut memiliki kemampuan untuk mengenali pola pada data kompleks dan membuat rumusan teori fisika yang dapat membantu dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Salah satu peneliti AI di Forschungszentrum Jülich, Moritz Helias, menjelaskan tentang konsep ‘fisika AI’ dan perbedaannya dengan pendekatan konvensional. Menurutnya, fisikawan biasanya mengemukakan teori baru berdasarkan observasi sistem dan interaksi komponen sistem. Sedangkan AI menggunakan metode fisika untuk menganalisis dan memahami fungsi kompleks AI guna menyederhanakan interaksi antar komponen sistem.
Penggunaan AI dalam berbagai bidang juga semakin berkembang, salah satunya dalam menganalisis data gambar hitam putih dengan angka tulisan tangan. Para peneliti berhasil mengatur parameter interaksi AI dengan efisien untuk menganalisis sistem yang kompleks dan membuat rumusan interaksi antar komponen sistem dengan pendekatan fisikawan.
Konsep ‘fisika AI’ merupakan domain AI yang dapat diuraikan, menggunakan bahasa fisika untuk menggambarkan temuan AI. Dengan adanya kemajuan ini, diharapkan AI dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam pengembangan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi di masa depan.