Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan ketidaknya akan tunduk pada tekanan internasional terkait agresi brutal yang dilancarkan oleh pasukan Israel di Jalur Gaza Palestina. Netanyahu menyatakan bahwa Israel tidak akan menyerah pada tekanan luar dan akan terus berupaya mencapai tujuannya untuk menghancurkan Hamas dan melepaskan sandera yang mereka tahan.
Meskipun ada desakan untuk mengadakan pemilu baru di Israel, Netanyahu menolaknya dengan tegas di tengah konflik sengit di Gaza. Pernyataan Netanyahu muncul sebagai respons terhadap kritik dari pemimpin mayoritas Senat AS, Chuck Schumer, yang mendesak untuk adanya pemilu baru di Israel.
Netanyahu menilai komentar Schumer sebagai “sangat tidak pantas” dan kembali menegaskan bahwa Israel adalah negara demokrasi. Meskipun mendapat kritik dan peringatan dari berbagai pihak internasional, Netanyahu menyetujui rencana untuk melancarkan operasi darat di Rafah, di mana lebih dari 1,4 juta orang mengungsi akibat perang di Gaza.
Perdana Menteri Netanyahu juga menegaskan bahwa operasi militer di Rafah direncanakan akan berlangsung dalam beberapa minggu ke depan. Sejak Oktober 2023, Israel telah melancarkan berbagai serangan militer ke Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 31.600 warga Palestina dan melukai hampir 73.700 lainnya.
Meskipun dihadapkan pada tuduhan genosida oleh Mahkamah Internasional, Israel tetap melanjutkan agresi militer mereka di Gaza tanpa kompromi. Sikap keras Perdana Menteri Netanyahu ini semakin memperkeruh situasi konflik di kawasan Timur Tengah dan menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi lebih lanjut di masa mendatang.
“Penggemar zombie yang bangga. Analis umum. Penggemar perjalanan. Pengusaha yang menyesal. Fanatik TV amatir.”