JAKARTA, Investor ID – Kepikunan sering dianggap umum di kalangan lansia, sehingga demensia Alzheimer sering kali tidak terdeteksi, meskipun gejalanya dapat dialami sejak usia muda (demensia awal).
Deteksi dini membantu pasien dan keluarga mereka mengatasi penurunan kognitif dan efek psikososial penyakit dengan lebih baik.
Ketua Pengurus Pusat (PP) Perhimpunan Ahli Saraf Indonesia (Perdossi), Dr. Dodik Taskworo P SpS (K), mengatakan meski demensia banyak diderita oleh lansia, namun kondisi tersebut tidak normal.
Demensia Alzheimer adalah salah satu penyebab utama kecacatan dan ketergantungan orang tua pada orang lain. Penyakit ini memiliki dampak fisik, psikososial, sosial dan ekonomi tidak hanya pada mereka yang mengidapnya tetapi juga pada keluarga dan lingkungan sekitarnya. Perkiraan jumlah penderita penyakit Alzheimer di Indonesia pada tahun 2013 mencapai satu juta orang. Jumlah itu diharapkan meningkat dua kali lipat pada tahun 2030 dan menjadi empat juta pada tahun 2050.
“Alih-alih menurun, tren penderita demensia Alzheimer di Indonesia justru semakin meningkat setiap tahun. Kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang demensia Alzheimer berakibat pada stigmatisasi dan hambatan diagnosis dan pengobatan. Oleh karena itu pendidikan terus dilakukan. Kewarganegaraan dan tenaga kesehatan sangat penting, ”ujarnya saat Digital Media Briefing ‘Pikun tidak normal, kenali gejalanya dan segera obati’, Senin (14/9).
Perdossi Director of Neurobehavioral Studies, Dr. Astuti, SpS (K), mengatakan bahwa demensia Alzheimer memiliki faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti penyakit pembuluh darah, hipertensi, penyakit metabolik, diabetes, dislipidemia, trauma kepala, pendidikan rendah, depresi. dan apa yang tidak bisa diubah, yaitu usia. Juga, genetik adalah memiliki keluarga dengan demensia Alzheimer.
Selain mengetahui faktor risikonya, penting juga untuk diketahui bahwa demensia Alzheimer bersifat kronik progresif, artinya kerusakan otak semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Jadi deteksi dini sangat penting untuk demensia Alzheimer.
“Dengan deteksi dini, penderita bisa lebih cepat diobati sehingga kerusakan otak akibat Alzheimer bisa melambat,” jelasnya.
Sementara itu, Presiden dan Direktur PT Eisai Indonesia (PTEI) Dr. Iskandar Linardi mengatakan dalam rangka Bulan Kesadaran Alzheimer pada fungsi kognitif pada September ini, Eisai Indonesia dan PERDOSSI melakukan kampanye edukasi #ObatiPikun, dan memperkenalkan metode deteksi dini demensia Alzheimer melalui EMS (Tes memori elektronik). EMS akan diluncurkan pada 20 September 2020 bertepatan dengan Festival Digital Bulan Alzheimer Global.
Harapannya, semakin banyak masyarakat yang sadar akan penyakit dan gejala demensia Alzheimer dan akan segera melakukan tindakan konsultasi dengan dokter untuk deteksi dini dan rekomendasi penanganan segera, ”pungkasnya.
Editor: Gunung Kunjana ([email protected])
“Organizer. Devoted music enthusiast. Pop culture pioneer. Coffee practitioner.”