KALTENGPOS.CO – Sejak akhir tahun 2019 lalu, dunia dihebohkan dengan virus Corona yang pertama kali muncul di kota Wuhan, China. Virus yang menyerang sistem pernapasan tergolong dalam kelas virus yang sama dengan virus penyebab SARS dan MERS. Seperti virus lainnya, virus Corona penyebab COVID-19 juga bisa bermutasi.
Belakangan ini, mutasi virus Corona menjadi perbincangan hangat di masyarakat, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia. Virus hasil mutasi tersebut dikatakan mampu menyebar lebih cepat dari virus Corona sebelumnya.
Apakah ini benar dan apa dampaknya terhadap pembuatan vaksin?
Dikutip dari AlodokterSejak pertama kali ditemukan hingga sekarang, penelitian menemukan bahwa virus Corona telah mengalami beberapa kali mutasi. Namun, perlu diingat bahwa ini adalah kejadian yang umum dan wajar.
Fakta Mutasi Virus Corona
Mutasi virus adalah perubahan materi genetik virus yang dapat mempengaruhi struktur atau fungsi virus. Ini bisa terjadi ketika virus bereplikasi di sel-sel tubuh manusia.
Virus Corona atau SARS-CoV-2 adalah jenis virus RNA (asam ribonukleat), yaitu virus dengan materi genetik beruntai tunggal. Karena struktur ini, virus RNA diketahui lebih mudah bermutasi.
Meski begitu, laju mutasi virus Corona diketahui cukup stabil, bahkan tidak lebih cepat dari virus influenza yang diketahui bermutasi begitu sering sehingga vaksin harus diganti setiap tahun.
Perubahan yang terjadi akibat mutasi virus korona.
Seperti yang dikatakan sebelumnya, mutasi virus Corona telah terjadi berkali-kali. Namun perubahan yang terjadi belum menimbulkan dampak yang signifikan sehingga tidak memerlukan perhatian khusus.
Nah, baru-baru ini peneliti menemukan mutasi D614G yang menyebabkan perubahan protein spike, yaitu protein yang membentuk mahkota virus Corona.
Singkatnya, pada awal kemunculannya, virus corona korona memiliki protein bernama D614. Sedikit demi sedikit, struktur protein ini berubah menjadi G614 karena mutasi.
Dampak mutasi virus korona terhadap penyebarannya
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mutasi ini membuat SARS-CoV-2 lebih menular. Namun, kebenarannya belum bisa dikonfirmasi.
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang tertular virus Corona dengan mutasi D614G memiliki jumlah virus yang lebih tinggi di tubuh mereka. Meski begitu, hal tersebut belum tentu memudahkan penyebaran virus.
Faktanya, sebuah penelitian menunjukkan bahwa ini dapat bermanfaat karena dapat menyederhanakan dan meningkatkan akurasi deteksi virus Corona menggunakan tes swab dan tes PCR.
Dampak mutasi virus korona terhadap tingkat keparahan penyakit
Meski virus Corona yang bermutasi lebih mudah berkembang biak di dalam tubuh, tidak ada bukti bahwa mutasi virus ini dapat menyebabkan gejala COVID-19 yang lebih parah.
Tingkat keparahan infeksi virus Corona masih sangat dipengaruhi oleh usia dan ada tidaknya penyakit penyerta.
Dampak mutasi virus korona terhadap pengembangan vaksin
Penelitian menyatakan bahwa respon antibodi yang dihasilkan tubuh dari vaksin yang sedang dikembangkan juga efektif melawan virus Corona dengan mutasi D614G.
Sebuah percobaan bahkan menunjukkan bahwa virus dengan mutasi ini lebih mudah untuk dinetralkan. Namun, masih dibutuhkan lebih banyak penelitian.
Sejauh ini, dampak mutasi D614G terhadap perkembangan pandemi COVID-19 masih belum jelas. Oleh karena itu, kita harus tetap tenang dan mengklasifikasikan informasi yang kita peroleh dengan bijak.
Selain itu, jadikan fakta tentang mutasi virus Corona ini sebagai pengingat untuk tidak mengendurkan protokol pencegahan COVID-19. Tetaplah dengan itu jarak fisik, kenakan masker dan cuci tangan sebelum menyentuh area wajah.
Jika Anda mengalami gejala infeksi virus Corona, seperti demam, batuk, sesak napas, nyeri otot, radang tenggorokan, atau nyeri dada, segera lakukan isolasi sendiri dan hubungi hotline COVID-19 di 119 Ext.9 untuk dapatkan lebih banyak panduan.
“Organizer. Devoted music enthusiast. Pop culture pioneer. Coffee practitioner.”