KOMPAS.com – Hipoksia bahagia atau hipoksemia diam menjadi penyebab kematian tanpa gejala bagi pasien Covid-19.
Yang perlu diperhatikan, hipoksemia atau hipoksemia adalah kesalahan tingkat oksigen di dalam darah, yang menyebabkan perubahan dan ketidaknyamanan pada organ lain.
Sementara, hipoksemia diam Ini adalah kekurangan oksigen dalam darah, tetapi tidak diikuti oleh gejala atau ketidaknyamanan pada organ tubuh lainnya.
Baca juga: Apa itu hipoksia bahagia, kematian tanpa gejala pasien korona?
Hipoksia atau hipoksia adalah kurangnya kadar oksigen dalam jaringan darah dan biasanya memiliki gejala.
Sementara, hipoksia bahagia Ini adalah kekurangan kadar oksigen di jaringan darah, tetapi tidak menimbulkan gejala atau keluhan yang dirasakan pasien.
Ketua Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto menegaskan, pasien yang positif terjangkit Covid-19 namun tidak menunjukkan gejala, tetap harus melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan kejadiannya. hipoksia bahagia.
Pemeriksaan kadar oksigen menggunakan Oksimeter
Selain pemeriksaan menyeluruh di laboratorium pelayanan kesehatan, kata Agus, kadar oksigen dalam darah Anda bisa dipantau sendiri di rumah dengan menggunakan oksimeter atau oksimeter – alat untuk memeriksa saturasi oksigen dalam darah.
Oksimeter ini bisa Anda dapatkan secara mandiri di toko-toko yang menjual alat kesehatan. Jadi, Anda tidak perlu pergi ke rumah sakit.
Meski demikian, Agus mengatakan, uji oksimeter sebaiknya diulang pada saat terjadi infeksi.
“Perlu diulang secara berkala, karena kondisi kadar oksigennya berfluktuasi. Bisa normal sekarang, turun tiba-tiba besok,” kata Agus kepada Kompas.com, Senin (7/9/2020).
Umumnya, oksimeter dapat digunakan beberapa kali untuk memeriksa kadar oksigen darah.
Tentunya, tes oksimeter harus dilakukan setiap hari.
“(Ujian oksimetri) sehari sekali sudah cukup,” ujarnya.
Menurut Agus, oksimeter ini digunakan untuk mengukur saturasi oksigen perifer dalam tubuh.
Ini juga merupakan pemeriksaan atau evaluasi kadar oksigen jaringan atau nilai hipoksia.
“Lebih tepatnya perlu dipastikan dengan tes darah untuk melihat kadar oksigennya, tidak perlu diragukan lagi,” jelasnya.
Adapun oksimeter ditemukan di Jam pintar, Agus mengatakan, belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan keakuratan dan keefektifan model pengukuran kadar oksigen dalam darah dan jaringan.
“Iya Jam pintar belum dievaluasi. Di rumah sakit, saya menggunakan oksimetri (oksimetri), ”katanya.
Baca juga: Cegah Happy Hypoxia, Penderita Covid-19 Tanpa Gejala Harus Diperiksa Secara Teliti
Lebih lanjut Agus juga mengungkapkan, hingga saat ini belum ada penjelasan ilmiah yang pasti mengenai happy hypoxia yang dialami pasien yang positif terjangkit Covid-19.
Namun hipotesis atau teori dari beberapa jurnal menyebutkan adanya kemungkinan adanya gangguan pada sistem reseptor dan jarak inervasi yang memberikan peringatan pada susunan saraf pusat, ”jelas Agus kepada Kompas.com di kesempatan lain.
Dalam kondisi normal, seseorang dengan kadar oksigen yang rendah di dalam darah akan mempengaruhi reseptor di pembuluh darah.
Reseptor ini akan memicu peringatan di area saraf ke sistem saraf pusat, sehingga menimbulkan respons sesak napas.
Baca juga: Para ahli mengatakan gejala hipoksia bahagia sudah muncul di Indonesia sejak Maret lalu
Kemudian sistem saraf pusat juga akan merespon peningkatan oksigen dalam darah, yaitu meningkatkan frekuensi nafas dan menimbulkan rasa kurang udara.
Karena itu, kata Agus, penyebabnya adalah kecurigaan sementara silent hypoxsemia atau hipoksia bahagia pada penderita Covid-19 itu adalah pengaruh dari virus SARS-CoV-2 itu sendiri.
Sedangkan virus SARS-CoV-2 diduga mengganggu reseptor di mekanisme saraf, kata Agus.
Oleh karena itu, tidak ada respon normal bila kadar oksigen dalam jaringan dan darah berada di bawah saturasi 94ºC.
Baca juga: Hindari Kematian Karena Hipoksia Bahagia, Berikut Cara Menilai Diri Di Rumah
“Organizer. Devoted music enthusiast. Pop culture pioneer. Coffee practitioner.”