Beberapa hewan diberi nama yang keliru karena kemiripannya dengan hewan lain. Contohnya adalah panda merah, yang sebenarnya bukan panda sejati dan tidak memiliki hubungan dengan panda raksasa. Panda merah sebenarnya adalah anggota keluarga Ailuridae dan lebih berkerabat dengan sigung, rakun, dan musang.
Nama ‘panda’ sendiri berasal dari kata Nepal ‘ponya’ yang memiliki arti bambu atau hewan pemakan tumbuhan. Meskipun sebenarnya panda merah bukanlah panda sejati, namun kemiripan bentuknya menyebabkan pemberian nama yang keliru.
Selain panda merah, ada juga hewan lain yang memiliki nama yang keliru. Salah satunya adalah belut listrik, yang sebenarnya bukanlah belut melainkan ikan pisau. Hewan ini memiliki hubungan kekerabatan dengan lele dan ikan mas.
Ubur-ubur dan bintang laut juga sering disangka sebagai filum ikan, padahal keduanya sebenarnya tidak termasuk dalam filum tersebut. Ubur-ubur termasuk dalam filum Cnidaria sedangkan bintang laut termasuk filum Echinodermata.
Sebagai contoh lain, hiu paus juga sering disangka sebagai jenis paus meskipun keduanya sebenarnya berbeda. Hiu paus memang memiliki ukuran yang besar, namun tetap dikategorikan sebagai hiu, bukan paus.
Udang mantis mirip dengan udang, namun sebenarnya bukanlah jenis udang. Hewan ini termasuk dalam ordo krustasea yang dikenal sebagai Stomatopoda. Udang mantis memiliki ciri khas seperti cakar yang kuat dan kemampuan untuk menyerang dengan cepat.
Selanjutnya, kerbau Amerika juga memiliki nama yang keliru. Kerbau Amerika sebenarnya bukanlah jenis kerbau, melainkan bison. Perbedaan antara kerbau dan bison terletak pada ukuran tanduk yang lebih besar dan tubuh yang lebih ramping pada kerbau.
Binturong, yang sering disebut sebagai bearcat, juga memiliki nama yang keliru. Meskipun sering disebut sebagai beruang dan kucing, binturong sebenarnya bukanlah jenis kedua hewan tersebut.
Selain itu, peneliti Australia telah mengembangkan pengendali ternak liar berbasis kecerdasan buatan. Teknologi ini dimaksudkan untuk mengendalikan populasi ternak liar yang dapat mempengaruhi ekosistem dan mengancam keberlanjutan lingkungan. Pengendali ternak liar ini menggunakan kecerdasan buatan untuk mendeteksi dan mencegah ternak liar agar tidak menyebar lebih jauh.
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat membantu dalam mengendalikan populasi ternak liar dan menjaga keseimbangan ekosistem.
“Penggemar zombie yang bangga. Analis umum. Penggemar perjalanan. Pengusaha yang menyesal. Fanatik TV amatir.”